Bontomatene Lahirkan Banyak Pejabat, Tapi Banjir Tahunan Tak Pernah Diselesaikan
![]() |
Bontomatene Lahirkan Banyak Pejabat, Tapi Banjir Tahunan Tak Pernah Diselesaikan |
SELAYARKINI – Bontomatene dikenal sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar yang telah melahirkan banyak pejabat, termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Namun ironisnya, ibu kota kecamatan ini, Batangmata, justru terus menjadi langganan banjir yang tak kunjung ditangani secara serius.
Dalam sebuah unggahan Facebook yang viral, akun Andi Ompo pada satu hari yang lalu menyuarakan keresahan masyarakat. Hampir setiap tahun, banjir merendam pemukiman warga serta mengganggu aktivitas sejumlah fasilitas penting seperti SDI Bonto Bonto, KUA Bontomatene, Kantor Pengawas Disdik, Kantor Lurah Batangmata, dan BRI Unit Batangmata.
"Hal ini sudah terjadi puluhan tahun dan hampir setiap tahun diusulkan dalam MUSRENBANG, tapi tidak juga ada realisasi," tulis Andi dalam unggahannya.
Penyebab utama banjir disebut berada di titik pertemuan dua aliran sungai kecil dari arah Batangmata Sapo dan Onto Sapo/Balang-balang, yang bermuara ke selokan sempit di belakang BRI dan KUA. Selokan ini terlalu kecil untuk menampung debit air saat hujan deras, sehingga air pun meluap dan menggenangi permukiman dan jalan.
Lebih jauh, Andi menyarankan agar dilakukan pengerukan dan perluasan saluran air, serta peninggian jembatan kecil (duiker) di sisi barat BRI. Tak hanya itu, ia juga menyoroti tumpukan sampah kiriman dari hulu yang menimbun jalan, khususnya di jalur dua sebelah timur pasar. Menurutnya, masyarakat sangat membutuhkan truk sampah untuk penanganan cepat.
"Mohon kiranya para pembuat kebijakan turun langsung saat banjir datang, agar melihat kondisi yang sebenarnya," tegas Andi.
Yang menjadi sorotan publik, Bontomatene selama ini banyak melahirkan pejabat—bahkan sejumlah anggota DPRD berasal dari wilayah ini. Namun, kondisi lingkungan dan infrastruktur dasar justru dibiarkan terbengkalai.
Masyarakat pun mulai mempertanyakan kepedulian para pejabat yang berasal dari kampung sendiri. Mereka berharap suara-suara dari Bontomatene tak hanya terdengar saat masa kampanye, tetapi benar-benar diperjuangkan dalam bentuk kebijakan dan aksi nyata.