Dari Penonton Menjadi Pelaku: Transformasi Peran Pemuda dalam Pilkades
Dari Penonton Menjadi Pelaku: Transformasi Peran Pemuda dalam Pilkades
SELAYARKINI - Gaung Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahun 2026 mulai terasa di pelosok-pelosok desa di Kabupaten Kepulauan Selayar. Percakapan tentang siapa yang akan maju, bisik-bisik tentang kandidat potensial, hingga diskusi hangat di warung kopi mulai mencuat. Dari kalangan muda hingga tokoh-tokoh senior, bahkan wajah-wajah lama pun tampak kembali menunjukkan minat untuk mengambil peran dalam kontestasi ini.
Sebagai pemuda yang lahir dan besar di lingkungan desa, saya turut merasakan denyut semangat itu. Pilkades bukan sekadar ajang perebutan kursi atau jabatan. Ia adalah momentum kolektif untuk menata ulang arah pembangunan, mengukur kembali prioritas desa, serta mempertegas komitmen terhadap pelayanan masyarakat. Dalam momen inilah kita seharusnya bercermin: untuk apa sebenarnya kita ingin memimpin?
Menjadi kepala desa bukan perkara mudah. Ia bukan sekadar posisi administratif atau tempat memungut gaji dan kehormatan. Menjadi kepala desa adalah jalan pengabdian jalur yang seharusnya ditempuh dengan niat tulus dan tekad kuat untuk melayani. Jika motivasi kita maju hanya karena tergiur pada anggaran atau tertarik pada simbol-simbol kekuasaan, mungkin sudah waktunya kita menata kembali niat di awal.
Selayar adalah rumah kita. Desa-desa di dalamnya menyimpan potensi besar yang tak ternilai. Tapi kita juga tak menutup mata pada berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat hari ini. Maka siapa pun yang sungguh-sungguh ingin bertarung dalam Pilkades, sebaiknya mulai menanamkan jejaknya sejak sekarang. Karena membangun desa tidak harus dimulai dari kursi kekuasaan tapi dari langkah nyata yang jujur dan konsisten.
Dan kami, para pemuda, tak ingin hanya duduk diam menyaksikan semua ini dari kejauhan. Kami ingin terlibat. Kami ingin didengar. Kami pun punya harapan, cita-cita, dan semangat untuk ikut menjadi bagian dari perubahan. Bahkan, mungkin suatu hari, akan ada langkah kecil dari kami untuk mengabdi dengan cara kami sendiri, dengan kapasitas kami, dan dengan semangat yang kami bawa dari rahim desa itu sendiri.
Mari kita jadikan Pilkades ke depan bukan sekadar rutinitas politik lima tahunan, tapi sebuah momentum kebangkitan. Karena desa yang kuat tidak dibangun oleh pemimpin yang pandai berjanji, tetapi oleh mereka yang bekerja dengan hati, melayani dengan tulus, dan hadir tanpa syarat.
Akbar Putra : Ketua DPD KNPI Kepulauan Selayar