Mobil Rescue Tagana Selayar Mangkrak, LIRA Desak Audit Anggaran Pemeliharaan
![]() |
Rescue Tagana saat masih beroperasi |
SELAYARKINI – Keberadaan mobil Rescue Tagana milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar menuai sorotan. Armada yang dahulu menjadi andalan saat penanganan bencana kini tak lagi beroperasi, bahkan disebut-sebut dalam kondisi rusak dan terbengkalai.
Sorotan tajam datang dari Zul Bupati LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Selayar yang mempertanyakan kejelasan anggaran pemeliharaan kendaraan operasional tersebut.
“Ini bukan sekadar soal kendaraan, tapi menyangkut aset negara dan keselamatan masyarakat. Publik berhak tahu, ke mana anggaran pemeliharaan dialokasikan selama ini,” ujar Bupati LIRA Selayar, Jumat (4/7).
Mobil bertuliskan "Kemensos RI" itu sebelumnya aktif digunakan dalam evakuasi korban, distribusi logistik, serta menjangkau daerah-daerah terpencil di tengah situasi bencana. Namun lebih dari setahun terakhir, kendaraan tersebut tidak lagi terlihat beroperasi di lapangan.
LIRA menilai, kondisi tersebut mencerminkan lemahnya tata kelola penanganan kebencanaan, termasuk transparansi anggaran di tingkat daerah.
“Jika tidak ada anggaran, harus dijelaskan. Jika ada, maka harus dipertanggungjawabkan. Ini perlu audit terbuka agar publik tidak dibuat bertanya-tanya,” tambahnya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa mobil tersebut kini terparkir dalam kondisi rusak di sebuah garasi instansi terkait. Tidak adanya anggaran operasional dan bahan bakar disebut menjadi penyebab utama armada tak lagi digunakan.
Kondisi ini juga dikeluhkan para relawan kebencanaan. Ketiadaan armada operasional membuat mobilisasi bantuan menjadi terhambat, terutama di wilayah kepulauan yang sulit dijangkau.
“Relawan tidak bisa bergerak maksimal jika logistik dan mobilitas terkendala. Tanpa kendaraan dan bahan bakar, kegiatan terhenti,” ungkap seorang relawan di Kota Benteng.
Sementara itu, seperti dilansir satulayar.com, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kepulauan Selayar Hj. Satmawati,S.Sos.,M.A.P saat dikonfirmasi mengenai persoalan ini tidak memberikan jawaban. Hingga berita ini diturunkan, pejabat tersebut memilih diam.
Humas LIRA Selayar menyatakan tengah mengumpulkan data dan akan mendorong lembaga pengawasan untuk menelusuri dugaan kelalaian dalam pengelolaan aset bencana.
“Kami mendesak audit terbuka terhadap anggaran pemeliharaan kendaraan ini. Jangan dibiarkan seolah-olah tidak ada masalah. Mobil ini milik rakyat,” tegasnya.
Tokoh masyarakat pun menyayangkan kondisi tersebut. Mereka menilai, absennya kendaraan operasional seperti Rescue Tagana adalah bentuk menurunnya kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi potensi bencana.
“Kalau memang rusak, harus segera diperbaiki atau diganti. Jangan dibiarkan mangkrak, karena ini menyangkut nyawa warga,” kata seorang tokoh masyarakat di Benteng.
Kabupaten Kepulauan Selayar dikenal memiliki tantangan geografis tersendiri. Dengan wilayah kepulauan yang rawan bencana, keberadaan armada operasional dinilai vital.
“Tanpa mobil operasional, Tagana hanya akan menjadi simbol. Padahal, masyarakat membutuhkan kehadiran nyata dalam penanganan darurat,” tutup Bupati LIRA.