Nongki Bertiga yang Berbuah Jadi Lapak Kuliner di CFD dan CFN Selayar " Kedai Somel"
SELAYARKINI - Di keramaian Car Free Day (CFD) dan Car Free Night (CFN) Selayar ada satu lapak sederhana yang selalu menghadirkan suasana akrab, "Kedai Somel" Di meja kayu berisi aneka gorengan, songkolo, bubur ketan hitam, barongko, hingga roti jintan tersimpan sebuah cerita unik tentang persahabatan yang berubah jadi usaha bersama.
Kedai ini lahir dari ide ringan tiga sahabat, Isma, Maya, dan Eka. Awalnya mereka hanya sering nongkrong bertiga. “Daripada lari kosong pernongkiannya, mending nongki sambil jualan,” kata salah satu owner sambil tertawa. Dari situlah muncul kesepakatan untuk patungan membuka kedai kecil dan lahirlah nama Somel.
Menu andalan mereka adalah barongko, songkolo, makanan tradisional khas Bugis-Makassar berupa beras ketan sambal dan ikan teri kering. Selain itu, gorengan hangat selalu jadi rebutan, bubur ketan hitam jadi pilihan manis yang mengenyangkan, roti jintan memberi cita rasa khas tempo dulu yang mulai jarang ditemukan.
Meski tampil sederhana, kehangatan persahabatan mereka tercermin dalam pelayanan. Tiga sahabat ini membagi tugas secara natural, ada yang melayani pembeli, ada yang menata gorengan, ada pula yang sibuk menakar bubur. Suasana kedai pun terasa hidup, penuh tawa, seolah pembeli sedang ikut nongkrong bersama mereka.
Kini Kedai Somel menjadi bagian dari wajah kuliner lokal di CFD dan CFN Selayar. Lebih dari sekadar lapak jualan, kedai ini adalah wujud nyata bagaimana nongkrong bisa berubah jadi peluang dan bagaimana persahabatan bisa melahirkan rezeki bersama.